November 02, 2011

Istirahatlah


“Jika kamu mencintai Hujan, jangan hanya mau pelanginya saja. Tapi juga badai dan petirnya.”

Itu adalah salah satu kalimat dari hasil blogwalking di beberapa masa lalu. Aku lupa itu punya siapa. Dan ketika kota Padang diguyur hujan lebat seharian, dari sejak aku bangun pukul 4 dini hari sampai sekarang saat mau tidur, tiba-tiba kalimat itu terlintas lagi. Kalimat yang penuh kekuatan. Kalau cinta, ya terima saja semuanya, jangan bagian enaknya saja. Begitulah kira-kira bahasa awam yang otakku mengerti.
Seperti hari ini. Hujan yang kucintai datang menemani sehari semalam tapi yang kualami tidaklah ringan. Hari ini menjadi hari yang melelahkan. Perasaan, emosi, juga raga semua menyatu dalam satu rasa bernama resah. Tidak hanya hari ini. Beberapa bulan sebelumnya juga sudah sering terasa. Mulai dari konflik batin, pertanyaan filosofis yang tiba-tiba terlintas di otak, tantangan dalam hubungan social, sampai skripsi yang masih saja buram. Namun dalam keletihan sekarang, masih saja kau bisa mengkhawatirkan beberapa orang disana. Aku letih. Dan aku tahu dia juga letih. Mereka juga letih. Disela-sela keletihan ini pikiran tentang mereka toh masih juga muncul begitu saja.
Sepertinya juga bukan aku saja yang sedih. Perpisahan, penolakan, keputusasaan, kekecewaan, rasa bersalah, semua berkolaborasi dalam hujan menjadi soundtrack yang dramatis.
Dan sekarang aku beranjak ke kasur. Entah kenapa mata yang sudah sayu tidak didukung oleh otak yang masih ingin merenung. Mungkin pikiranku belum mau beristirahat dengan tenang dalam raga yang masih terlalu letih.  Kelelahan ini mengendap dalam alam bawah sadar. Meski kemudian aku menyadari bahwa jiwaku tidak pernah beristirahat. Padahal dia yang sebenranya melakukan perjalanan panjang bernama kehidupan. Dia yang hidup di dalam raga. Saat jiwa sedang letih, seringkali ada pemberontakan yang memang merepotkan. Resah. Dan hal pertama yang dilakukan sang raga adalah menghibur diri, istirahat atau tidur agar jiwa tadi juga relaks. Berharap keresahan itu tidak muncul lagi esok.
Begitu juga sekarang. Aku sedang menghibur jiwaku dengan bahasa ini. Dengan kata-kata ini. Dan malam ini, jiwaku terasa sangat tenang. Setenang hati dan fikiranku yang berjanji untuk mencintai hujan. Tepi tentu tidak hanya pelanginya saja, tapi juga badai dan petirnya. Dan nanti jika aku merasa lelah, aku bisa beristirahat.    

0 komentar:

 

tentangku © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates