November 27, 2011

Muhammad, Lelaki Penggenggam Hujan


Buku ini sebenernya udah selesai aku baca beberapa minggu lalu, tapi baru ada kesempatan buat bikin review nya sekarang. (ciee..sok sibuk)
Selama membaca buku ini aku dibikin merinding karena penggunaan bahasa nya yang indah dan bernilai sastra tinggi. Kita diajak untuk mengenal Muhammad secara personal karena penggambaran karakter yang sangat kuat. Sosok Muhammad digambarkan begitu tangguh, namun lembut dan penuh cinta terhadap umatnya. Itu adalah gambara bagian pertama.
Di bagian kedua, penulis menceritakan tentang pemuda Persia bernama Kashva yang melakukan perjalanan untuk menemukan kebenaran dan menjawab ketidakjelasan yang kerap dia disikusikan dengan Elyas, seorang sahabat pena dari Suriah.
Sayangnya kedua bagian ini belum bertemu dalam satu titik, sehingga klimaks novel ini kurang terasa. Seandainya dibikin titik temunya, baru novel ini ‘digantung’ dan disambung ke novel keduanya (Para Pengeja Hujan) mungkin greget dan rasa penasaran pembaca semakin terpancing. Tentunya pembaca tidak akan ragu untuk membeli buku kedua.

Words on Muhammad:

Pada saat yang tepat, kemerajukan menjadi daya tarik seorang perempuan yang memicu rasa sayang kekasihnya.
~hlm. 71

Apakah selalu seorang lelaki tampak begitu layak dicintai ketika ia berada dalm titik keberuntungannya, titik kerapuhannya?
~hlm. 95

“…mencintai itu, kadang mengumpulakn segala tabiat menyebalkan dari seseorang yang engkau cintai, memakinya, merasa tak sanggup lagi menjadi yang terbaik untuk dirinya, dan berpikir tak ada lagi jalan kembali, tapi tetap saja engkau tak sanggup benar-benar meninggalkannya.”
~syair Kashva untuk Astu. Hlm 143

Memaafkan barang kali mampu. Tetapi melupakannya? Itu urusan waktu.
~hlm. 151

“Dan…makna hujan adalah?” Kashva mulai tidak sabar. “Wahyu Tuhan,” jawab Astu setegas karang.
~hlm. 156

Semua persoalan harusnya bisa diselesaikan dengan kata-kata dan empati. Kekerasan, apapun bentuknya, hanya layak di adopsi bangsa barbar.
~hlm. 191

“Bukankah justru ketidakjelasan dalam hidup itu menjadi alas an agar kita melakukan segala sesuatu selagi ada waktu? Mengatakan apa yang perlu dikatakan? Mengekspresikan apa yang ingin kausampaikan?”
~hlm. 219. Kashva kepada Astu.

“tidaklah seorang janda dinikahkan sampai dia dimintai persetujuannya da tidak pula seorang gadis dinikahkan sampai dia dimintai persetujuannya.”
~hlm. 289 – Rasulullah.

0 komentar:

 

tentangku © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates