March 30, 2012

Rembulan Tenggelam Di WajahMu

Judul: Rembulan Tenggelam Di Wajahmu
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Grafindo / Republika
2009,  456 halaman / 428 halaman

Ray, diberikan kesempatan untuk menerima 5 jawaban atas 5 pertanyaan terbesar dalam hidupnya. Alur maju mundur yang disuguhkan membuat kita terbawa dalam lika-liku hidupnya. Beranjak dari Ray ‘dewasa’ yang tengah ‘koma’ di rumah sakit lalu diajak untuk kembali menjelajah masa lalunya bersama seseorang. Awal cerita adalah tentang seorang anak perempuan yang tinggal di panti asuhan, yang mana saat dia menangis langit senantiasa menurunkan hujan untuk menemaninya. Tidak ada koherensi langsung antara anak perempuan ini dengan Ray. Namun, seiring berjalannya cerita kita benar-benar dikejutkan bahwa setiap sisi kehidupan Ray menjadi sebab akibat untuk orang lain.

Ya. Sebab akibat. Itulah nilai filosofis yang diangkat dari novel ini. Diracik dengan ringan dan sederhana. Alur maju mundur ternyata tidak selamanya membuat bingung. Dan itu dibuktikan oleh Tere Liye.  

Sepertinya Tere Liye akan menjadi penulis Indonesia favorit aku. Selalu mengangkat tema yang beda dari kebanyakan novel religi yang beredar. Kehebatannya mengangkat kisah-kisah sederhana menjadi sesuatu yang penuh hikmah terbukti dalam setiap novelnya yang pernah aku baca (Hafalan Shalat Delisha, Moga Bunda Disayang Allah, Bidadari-Bidadari Surga). Pendekatan spiritual yang tersirat menjadi salah satu nilai jual dalam setiap bukunya.   
 I do! Highly recommend this novel. 4,5 out of 5.

Baca saja potongan-potongan kalimat sederhana namun mengungkapkan banyak hikmah:
Quotes from Rembulan Tenggelam Di Wajahmu:

Banyak mereka yang tidak menyadari kalau penjelasan itu sudah datang. Mungkin karena mereka terlalu dibutakan oleh kehidupan itu sendiri, mungkin karena mereka tidak pernah memiliki kemampuan untuk menggapai penjelasannya. Mungkin juga karena mereka terlalu berharap penjelasan itu datang dengan amat fantastis. Dalam banyak hal, banyak kasus, justru penjelasan itu datanag dengan sederhana.
Hlm. 46-47

Bagi manusia, hidup ini juga sebab akibat. Bedanya bagi manusia sebab-akibat itu membentuk peta dengan ukuran raksasa. Kehidupanmu menyebabkan perubahan garis kehidupan orang lain, kehidupan orang lain mengakibatkan perubahan garis kehidupan orang lainnya lagi, kemudian entah pada siklus ke berapa kembali lagi ke garis kehidupanmu.
Hlm. 63

Tak ada niat baik yang boleh dicapai dengan cara yang buruk. Tak ada pula niat buruk yang berubah menjadi baik meski dilakukan dengan cara-cara baik.
Hlm. 75

Itulah mengapa tidak semua orang mengerti apa sebab-akibat kehidupannya. Dengan tidak tahu, maka mereka yang menyadari kalau tak ada yang sia-sia dalam kehidupan akan selalu berbuat baik.
Hlm. 89

Tahukah kau, kita bisa menukar banyak hal yang menyakitkan yang dilakukan orang lain dengan sesuatu yang lebih hakiki. Rasa sakit yang timbul karena perbuatan aniaya dan menyakitkan dari orang lain itu sementara. Pemahaman dan penerimaan tulus dari kejadian menyakitkan itulah yang abadi.
Hlm. 122

Orang-orang terpilih sekalipun terkadang lalai mengenali bentuk-bentuk keadilan itu, karena kita selalu berusaha mengenalinya dari sisi yang kasat mata.
Hlm. 182

Apapun bentuk kehilangan itu, kethuilah, cara tebaik untuk memahaminya adalah dari sisi yang pergi. Bukan dari sisi yang ditinggalkan.
Hlm. 339

Orang-orang yang memiliki tujuan hidup, baginya semua kesedihan yang dialaminya adalah tempaan, harga tujuan tersebut.
Hlm. 342

Apapun bentuk kejadian, semua pasti terlampaui, diberingas oleh waktu, dimakan oleh detik-detik kehidupan, menyisakan kenangan. Hanya itu.
Hlm. 445

Begitulah kehidupan. Ada yang kita tahu, adapula yang tidak kita tahu. Yakinlah, dengan ketidaktahuan itu bukan berarti Tuhan berbuat jahat kepada kita. Mungkin saja Tuhan melindungi kita dari tahu itu sendiri.
Hlm. 451


0 komentar:

 

tentangku © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates