October 17, 2016

Ngobrol Santai Bersama Eka Kurniawan

When Wefie is a must

Berawal dari pesan whatsapp seorang teman yang bekerja di salah satu media kota Padang. Dia mengabarkan bahwa salah satu kedai kopi di kota kami akan mengadakan acara, sebut saja #LEMBARimbun, yang akan menghadirkan Eka Kurniawan. Surprise! Siapa sangka kota kecil ini bakal kedatangan penulis se-hitz dia. Padang gitu lho, yang notabenenya sering ketinggalan ini itu. XXI aja belum baru mau ada. Oke, ini nggak ada hubungannya.

Eka Kurniawan bukan termasuk salah satu deretan penulis favorit aku, meskipun hampir semua karyanya aku beli, baca, dan bahkan selalu aku ulas di sini. Hanya saja, tulisannya sudah aku kenal sejak SMA hasil dari minjem buku perpustakaan; Cantik Itu Luka.

Eka pernah meninggalkan kesan mendalam karena isi novel yang sulit dimengerti, aneh, dan penggunaan bahasa yang cukup vulgar untuk aku, gadis SMA yang masih polos dan lugu kala itu. Nama Eka Kurniawan muncul kembali, ketika novel terbarunya keluar dengan judul yang… you may say, bikin jleb; Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Tanpa mikir panjang, aku langsung beli. Begitu juga dengan karya-karya lain yang meskipun untuk membacanya, butuh perjuangan untuk mengerti. You may try to read O. Bisa juga kalau mau yang ‘sedikit’ ringan ada Lelaki Harimau, novel yang masuk nominasi Man Booker Prize 2016 di London. Juga ada kumpulan cerpen, masih dengan judul yang bikin baper; Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi.

Yang bikin aku tertarik dari acara yang diadakan di Rimbun Espresso & Brew Bar Padang, bukanlah karena tema diskusinya: “Menulis, Untuk Apa?”. No, I don’t want to write a book at this moment. Currently, I’m just enjoying my life as an employee who have enough money to buy book(s), hihihi. I just want to meet him. Selayaknya bertemu penulis yang aku pernah baca bukunya, dan aku suka bukunya. Apalagi setelah namanya sering disebut-sebut waktu Indonesia jadi tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair 2015. Itulah kenapa aku rela malem-malem kesana, ditemani Emen dan Dedet.

Nggak taunya, kedai kopi imut itu rame dibanjiri pengunjung yang juga mau ikutan acara ngobrol bareng. Awalnya kami kehabisan tempat duduk. Ternyata, emang dasar rejeki anak shalehah, ada pemuda, entah siapa, belongs to Rimbun, kenal sama Emen dan Dedet. Dia kemudian nawarin kami duduk di backstage, alias dareah di bagian belakang, alias dipunggungin pembicaranya. Kita bertiga langsung mengangguk semangat. Aih, kalian berdua emang selebtwit Padang ya :)

dipunggungin

Selanjutnya, mengalirlah obrolan malam itu. Beberapa hal yang sempat aku tangkap tentang menulis bagi seorang Eka Kurniawan:
-       Menulis itu campuran imajinasi, pengetahuan, dan lingkungan sosial.
-       Menulis, seperti hamnpir yang dilakukan semua orang di dunia, adalah mencatat, agar tidak lupa, agar tidak dilupakan.
-       Menulis adalah untuk menyampaikan sesuatu, mentransfer pengalaman dan ilmu dari satu orang ke orang lain bahkan dari satu generasi ke generasi lain.
-       Menulis untuk berbagi dan berdialog.


meet and greet

Memasuki sesi tanya jawab, aku menjadi penanya terakhir dengan pertanyaan paling banyak. Iya donk, mumpung ketemu. Tiga hal yang aku tanya adalah tentang sosok perempuan bagi Eka Kurniawan, karena setiap tokoh perempuan di bukunya adalah sosok yang kompleks; buku siapa aja yang dia baca dan sekliagus direkomendasikan untuk kami baca; dan terakhir gimana cara memahami apa yang sudah dia tulis. As I told you, I’m not smart enough to understand his book. Kadang aku bingung menafsirkan, apa sih yang ingin disampaikan dari cerita-cerita dia yang membingungkan. Pertanyaan pertama sebenarnya terinspirasi dari percakapan dia dengan M Aan Mansyur, yang sebelumnya pernah aku baca dari link di kicauan @hurufkecil. Entah kapan, aku nggak inget. Pertanyaan terakhir dijawab dengan simple; yang ingin disampaikan ya apa yang sudah kamu baca. Itu saja.


makasi Det, udah ambilin foto 'candid' ini

minta tanda tangan, boleh ya? 

Begitulah. Malam itu, 12 Agustus 2016. 
Ternyata besoknya Eka Kurniawan mengisi acara seminar sastra tingkat nasional di perpustakaan daerah. 

Done!

1 komentar:

Rita Dewi said...

Duh senengnya bisa ketemu langsung sm penulisnya. Minta tanda tangan di bukunya. Plus foto bareng😀

 

tentangku © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates